Pada hari Kamis, 31 Juli 2025, Desa Bansari menjadi saksi pelaksanaan kegiatan bertajuk Gelora UMKM Bansari yang dikoordinasikan oleh mahasiswa UGM, yaitu Muhammad Hariish Hafiiz dan Kenya Azzahra, sebuah inisiatif terpadu yang lahir dari sinergi dua program kerja unggulan yaitu E-Commerce Boost: Workshop UMKM untuk Meningkatkan Daya Saing dan SIBER UMKM: Sinergi Branding dan Peningkatan Kapabilitas untuk UMKM. Gabungan dua program ini diwujudkan dalam satu gerakan terpadu yang bertujuan untuk memperkuat posisi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Desa Bansari agar mampu beradaptasi dengan perkembangan dunia digital yang kian pesat. Di tengah arus transformasi digital yang tidak dapat dihindari, kegiatan ini hadir bukan sekadar sebagai pelatihan teknis, melainkan sebagai bentuk pendampingan langsung dan nyata untuk memperkuat kapasitas pelaku UMKM dalam hal branding, digital marketing, dan pengelolaan platform e-commerce yang relevan.
Kegiatan ini dibuka dengan sesi edukatif bertema UMKM dan Dunia Digital, yang mengajak para pelaku UMKM untuk memahami pentingnya keberadaan usaha mereka di ruang digital. Dalam era yang serba terhubung saat ini, internet dan teknologi digital telah menjadi ruang utama dalam perilaku konsumsi masyarakat. Konsumen tidak lagi bergantung sepenuhnya pada toko fisik, melainkan mencari, menilai, dan membeli produk secara daring melalui platform digital. Hal ini membuka peluang pasar yang luar biasa luas bagi para pelaku UMKM, asalkan mereka memiliki keberadaan digital yang kuat dan terkelola dengan baik. Data dari Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia mencatat bahwa dari total sekitar 64,19 juta pelaku UMKM di Indonesia, baru sekitar 22 juta atau 34% yang telah terkoneksi ke platform digital seperti marketplace, media sosial, atau situs web usaha. Ini berarti mayoritas UMKM masih tertinggal dari arus digitalisasi. Bahkan, survei yang dilakukan pada tahun 2022 menunjukkan bahwa dari kalangan UMKM yang belum terkoneksi, 40% di antaranya mengalami keterbatasan akses terhadap teknologi, 30% tidak memahami manfaat digitalisasi, dan 30% lainnya terkendala dari sisi modal dan sumber daya manusia. Lebih lanjut, hanya sekitar 18% pelaku UMKM yang benar-benar memiliki keterampilan digital dasar seperti penggunaan media sosial untuk usaha atau kemampuan membuat katalog produk daring. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa terlepas dari potensi besar dunia digital, masih banyak UMKM yang belum mampu mengoptimalkan teknologi sebagai alat penggerak utama pertumbuhan usahanya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, tim KKN memetakan tantangan lokal yang dihadapi oleh pelaku UMKM di Desa Bansari. Melalui diskusi langsung dengan para pelaku usaha dan observasi lapangan, ditemukan bahwa beberapa masalah utama menghambat kemajuan UMKM desa. Salah satunya adalah produk UMKM yang masih belum dikenal luas di luar lingkup desa karena minimnya promosi dan jangkauan pasar. Di sisi lain, banyak UMKM juga belum memiliki branding yang kuat dan khas, sehingga sulit bersaing dengan produk lain baik dari segi tampilan visual maupun citra usaha. Tak kalah penting, mayoritas pelaku UMKM di Bansari belum mengakses strategi digital marketing atau bahkan belum memahami bagaimana memulai pemasaran daring secara sederhana namun efektif. Oleh karena itu, kegiatan Gelora UMKM Bansari dirancang untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut secara menyeluruh dan aplikatif.
Melalui rangkaian workshop yang disusun secara sistematis dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal, para peserta mendapatkan pembekalan mendalam mengenai tiga aspek utama penguatan UMKM digital: branding digital, pemanfaatan platform e-commerce, dan strategi pemasaran digital. Dalam sesi branding digital, peserta diajak memahami bahwa branding bukan sekadar soal logo atau nama usaha, melainkan tentang bagaimana membangun citra, cerita, dan kepercayaan yang melekat di benak konsumen. Dengan bimbingan praktis, pelaku UMKM diajak menyusun identitas visual sederhana, mengenal elemen-elemen penting dalam kemasan produk, dan belajar menyusun narasi usaha agar produk mereka memiliki karakter yang khas serta mudah dikenali.
Pada sesi berikutnya, para pelaku UMKM dibimbing langsung dalam proses pendaftaran dan penggunaan platform e-commerce yaitu shopee, salah satu marketplace terbesar di Indonesia yang sangat relevan untuk pengembangan UMKM desa. Para pelaku UMKM diajari cara membuat akun Shopee, mengunggah foto produk dengan pencahayaan yang tepat, menyusun deskripsi produk yang menarik dan informatif, hingga memahami cara mengatur diskon, menjawab pertanyaan konsumen, dan melakukan pengiriman. Tidak hanya itu, peserta juga dikenalkan dengan penggunaan media sosial sebagai alat promosi dan membangun komunitas konsumen, mulai dari Instagram hingga Facebook, lengkap dengan praktik membuat konten yang menarik dan menjangkau konsumen yang lebih luas. Pelatihan ini menjadi sangat penting mengingat banyak pelaku UMKM yang sebelumnya belum pernah bersentuhan dengan marketplace atau media digital secara langsung.
Salah satu bagian paling dinanti dari kegiatan ini adalah sesi pendaftaran dan penggunaan QRIS sebagai alat pembayaran digital yang modern dan inklusif. QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) kini telah menjadi standar nasional pembayaran nontunai yang dapat mengakomodasi berbagai metode pembayaran dari aplikasi dompet digital seperti ShopeePay, GoPay, OVO, Dana, dan lainnya. Dalam sesi ini, pelaku UMKM tidak hanya dijelaskan mengenai manfaat QRIS seperti kemudahan transaksi, pencatatan digital, dan pengurangan risiko kehilangan uang tunai, tetapi juga langsung didampingi untuk mendaftar akun QRIS melalui penyedia layanan resmi. Peserta diajak mencetak kode QR masing-masing dan diajari cara menempatkannya secara strategis di lapak usaha mereka, sehingga pembeli dapat melakukan transaksi tanpa uang tunai dengan cepat dan aman.
Kegiatan Gelora UMKM Bansari ini tidak hanya bersifat teoritis, melainkan menekankan pada praktik langsung dan pendampingan teknis agar peserta benar-benar bisa mengimplementasikan ilmu yang diperoleh. Setiap peserta dipastikan mampu membawa pulang keterampilan baru, baik dalam hal membuat akun Shopee, menggunakan QRIS, membuat konten digital, hingga memahami bagaimana menyusun strategi pemasaran daring yang sesuai dengan produk mereka. Melalui pendekatan ini, pelaku UMKM diharapkan tidak lagi merasa asing atau takut menghadapi dunia digital, tetapi justru merasa percaya diri dan siap berkembang.
Kegiatan ini menjadi langkah awal yang penting dalam mendorong ekosistem UMKM desa yang tangguh, adaptif, dan berbasis teknologi. Melalui sinergi antara edukasi, teknologi, dan pendampingan, Gelora UMKM Bansari berupaya membuka akses yang lebih luas terhadap peluang digital, memberdayakan pelaku usaha lokal agar lebih optimal, dan menciptakan keberlanjutan ekonomi desa berbasis inovasi. Harapannya, inisiatif seperti ini tidak berhenti sebagai satu kali kegiatan, tetapi menjadi pemantik lahirnya komunitas UMKM digital yang saling mendukung dan berkembang bersama di masa depan. Dengan semangat kolaborasi, keberdayaan, dan kemandirian, Gelora UMKM Bansari hadir sebagai representasi nyata dari transformasi ekonomi desa yang berpijak pada teknologi, tanpa meninggalkan kearifan lokal yang menjadi kekuatan utama usaha mikro di pedesaan.